Karena seperti kita ketahui, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan pada akhirnya hanya akan membuat melemahnya perekonomian dunia. Maka belum lama ini, masyarakat dihadapkan dengan pilihan baru, yaitu hidup berdampingan dengan Covid-19. Guru Besar Universitas Brawijaya, Profesor Sutiman Bambang Sumitro menyebut, Indonesia memiliki banyak temuan yang bisa dijadikan sebagai alternatif pencegahan Covid-19.
Salah satunya yang sudah terbukti adalah formula kopi balur yang telah ditemukan Dr. Gretha Zahar, seorang ilmuan nuclear science yang mengelola klinik di beberapa kota dan Lembaga Peluruhan Radikal Bebas di Malang, Jawa Timur. Profesor Sutiman menyampaikan, temuan Dr. Gretha Zahar tersebut telah terbukti ampuh untuk meluruhkan radikal bebas pada berbagai jenis penyakit. Karena dari hasil penelitian yang ada, radikal bebas pada seseorang yang sakit dapat dikatakan selalu berlebih dibanding ukuran orang normal. “Radikal bebas ini menjadi energi manusia untuk bertahan hidup, tapi dalam kasus orang sakit, radikal bebas terjadi badai yang ukurannya menjadi tak normal seperti saat orang sehat,” katanya.
Ketika seseorang sakit dan radikal bebasnya berukuran lebih banyak dibanding ukuran normal, maka akan berpengaruh pada aliran darah manusia. Salah satu ciri khasnya adalah terjadi pengentalan dan aliran darah menjadi terhambat. Namun kopi yang diracik dengan beberapa formula, menurutnya mampu meluruhkan radikal bebas yang berlebih sehingga secara otomatis akan mampu membuat aliran darah mengalir jauh lebih normal. “Dan pengentalan itu sebenarnya juga terjadi pada kasus Covid-19,” terang pria kelahiran tahun 1954 itu.
Profesor Sutiman menyampaikan, kopi yang diformulasikan Dr. Gretha Zahar tersebut pada dasarnya bukan didesain sebagai obat Covid-19. Namun, bisa menjadi salah satu alternatif mencegah Covid-19. Sehingga, bisa dikonsumsi oleh seseorang yang terindikasi kasus Covid-19. Di antaranya seperti Pasien Dalam Pengawasan (PDP) hingga pasien konfirmasi positif Covid-19. Karena, fungsi utama ramuan kopi tersebut adalah meluruhkan radikal bebas berlebih yang diproduksi saat seseorang sedang sakit.
Kopi formula Dr. Gretha Zahar itu pun dapat dikonsumsi oleh orang yang sakit mag sekalipun. Dengan mengombinasikan kopi dengan satu butir telur, yang fungsinya adalah agar aman pada lambung saat dikonsumsi. “Untuk pencegahan, bisa diminum satu kali sehari. Atau jika untuk PDP bisa diminum tiga kali dalam sehari,” terangnya. Dia juga menyampaikan jika kopi formula khusus tersebut sudah ia konsumsi bersama keluarganya sejak beberapa tahun terakhir.
Saat pandemi Covid-19, produk yang ia temukan itu juga sudah dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan di beberapa daerah seperti Jambi dan Semarang. Dari hasil laporan yang ia dapat, kopi formula khusus buatan Dr. Gretha Zahar itu terbilang ampuh. Sehingga, dikonsumsi secara terus menerus sebagai upaya pencegahan. “Kata dokter yang mengkonsumsi ini terasa lebih baik dan responsnya positif,” tambah Profesor Sutiman. Lebih jauh dia menjelaskan, kopi yang digunakan berasal dari berbagai jenis kopi, dia memang tak mematok hanya pada satu jenis kopi saja.
Kemudian kopi diracik dengan beberapa formula khusus, biaya pembuatan kopi formula itu menurutnya juga terbilang sangat murah. Penelitian berkaitan dengan kopi formula itu sendiri telah melalui kajian teori hingga uji coba kepada hewan, bakteri, dan terakhir manusia. Bukan hanya untuk dikonsumsi, kopi formula Dr. Gretha Zahar itu juga bisa dijadikan dalam bentuk spray. Untuk produk spray itu sendiri dapat digunakan menyembuhkan luka yang terlihat di atas kulit. Cukup dengan disemprotkan saja, maka luka akan sembuh.
Sementara untuk upaya pencegahan Covid-19, Profesor Sutiman menyampaikan jika kopi formula buatan Dr. Gretha Zahar tersebut bisa menjadi salah satu alternatif. Pemerintah pun bisa melakukan uji klinis lebih mendetail berkaitan dengan temuan tersebut dan menyesuaikan dengan standar protokol kesehatan Covid-19. Karena bagaimana pun juga, saat ini masyarakat dituntut untuk bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Perbekalan pola hidup sehat yang salah satunya dengan memanfaatkan kearifan lokal seperti obat-obatan atau jamu-jamuan tradisional menurutnya perlu dilakukan penelitian lebih jauh. Terlebih, dari berbagai penelitian telah menyebut jika virus Covid-19 bisa menyebar ke berbagai sela kehidupan manusia. Salah satunya dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada di masing-masing daerah. Sehingga, pemerintah juga harus melepaskan ketergantungan masyarakat pada obat-obatan yang diproduksi negara lain.
Melainkan mulai fokus menyelesaikan masalah melalui sumber daya yang dimiliki sendiri. Misalnya juga dengan mengandalkan obat herbal yang sudah dimanfaatkan nenek moyang Indonesia sejak dulu. “Riset seharusnya mengarah pada kebiasaan yang ada di negeri kita. Karena bagaimanapun orang-orang negeri kita yang tahu kondisi masyarakat,” tambahnya. Dia juga menyampaikan jika keberadaan obat herbal saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh dunia. Terbukti, ada banyak perusahaan farmasi di luar negeri yang selama ini memproduksi obat herbal dan seluruh bahannya mengimpor dari Indonesia.
Selain kopi formula temuan Dr. Gretha Zahar, Profesor Sutiman juga menyebut jika empon-empon menjadi salah satu obat tradisional yang perlu dilakukan riset lebih mendalam. Karena sebelumnya, riset berkaitan dengan kandungan empon-empon dan manfaatnya untuk tubuh juga sudah beberapa kali dilakukan. “Dan berkaitan dengan kopi peluruh ini, saya merupakan peneliti untuk pengembangan konsep teori dan publikasi di jurnal ilmiah bersama mahasiswa dan dosen FMIPA UB. Penemunya sendiri adalah Dr. Gretha Zahar,” terang Profesor Sutiman.
Tambahan informasi, berita ini menjadi pelurus miss-informasi pada berita berjudul ‘Temuan Profesor UB, Kopi dan Telur Ternyata Dapat Cegah Covid-19’ dan berita nerjudul ‘Kopi dan Telur Dapat Cegah Covid-19, Begini Cara Konsumsinya’ yang tayang pada 19 Mei 2020. Dalam dua judul berita itu disebutkan jika Profesor Sutiman menjadi penemu kopi balur. Terjadi kesalahan penulisan dalam redaksi dan dijelaskan jika penemu sekaligus penggagas formula kopi balur tersebut adalah Dr. Gretha Zahar.