Balur Divine

Balur adalah terapi penyembuhan yang dikembangkan oleh Dr.Gretha Zahar, merupakan aplikasi konsep-konsep teori kimia dan fisika kuantum yang merupakan bahasan ranah sub-atomik.

Penerapan metode balur itu awalnya terinspirasi oleh cara pengobatan yang dahulu biasa dilakukan oleh nenek moyang Bangsa Indonesia dengan cara membalur, meluluri, atau mborehi. Untuk mengobati suatu penyakit, dahulu orang biasa memborehi tubuh dengan ramuan yang berbahan dasar rempah-rempah atau akar-akar, daun-daunan tanaman berkhasiat. Hal yang biasa dilakukan nenek moyang itu ternyata ditemukan kebenarannya lewat kajian-kajian di ranah sub-atomik. Prinsip balur adalah dalam kerangka detoksifikasi tubuh/ peluruhan radikal bebas dan menjadikan tubuh penuh dengan anti-oxidant/ anti radikal bebas.

Dr.Gretha Zahar melakukan riset secara mandiri untuk mengembangkan metode terapi penyembuhan antara lain kanker, tumor, penyakit degeneratif, ,diabetes mellitus, jantung, hepatitis, penyakit neuron, kardiovaskular, stroke, Alzheimer, auto immune (Psoriasis dll) dan autis (anak-anak berkebutuhan khusus) dengan teknik peluruhan radikal bebas. Terapi penyembuhan dilakukan dengan metode balur menggunakan formula yang berbasis rempah2 (tumbuhan/ tanaman/ buah2-an/ biji2-an/ akar2-an) alami yang di fermentasi dan asam amino. Formula itu secara ilmu kimia disebut scavenger (pengait, pemulung/pembersih atau penangkap radikal bebas/radikal gas HG).

Banyak pasien kanker yang setelah mengikuti terapi balur dinyatakan bersih dari kanker, ada juga yang sebelumnya dinyatakan oleh dunia kedokteran hanya memiliki usia hidup 6 bulan tapi hingga beberapa tahun berikut masih bisa bernafas, ada yang pulih, ada yang dinyatakan sembuh, dan ada pula yang meningkat kualitas hidupnya.

Menurut jurnal ilmiah Balur and Improving Quality of Life yang melakukan research di Research Institute of Free Radicals, Malang, Indonesia menunjukkan proses balur menggunakan beberapa asam amino dan ramuan. Balur meningkatkan kualitas hidup dan membuat pemulihan pasien dari penyakit mereka. Biasanya para relawan mendapatkan kualitas hidup lebih baik setelah perawatan dari terapi balur.

Konsep balur Dr.Gretha Zahar bertujuan mendetoksifikasi racun dari dalam tubuh yang selalu dalam keadaan terhelasi oleh senyawa-senyawa protein, DNA, dan lain-lain. Pada saat proses baluran, logam HG/amalgamat (HG+metal) yang menjadi penyebab utama berbagai penyakit degeneratif diluruhkan. 

Pembuktian keberhasilan terapi itu adalah jika pada awal terapi melalui analisa logam di dalam darah dan dari limbah balur terdapat kadar logam merkuri atau HG/amalgamat dan Cd yang tinggi, maka setelah menjalani terapi beberapa kali dan terjadilah penurunan kadar merkuri dan logam berat lainnya secara bertahap sampai akhirnya tidak terdeteksi lagi adanya kadar logam berat itu oleh alat pengukur setelah tubuh terbebas dari merkuri, maka dengan sendirinya dalam tubuh terjadi proses penyembuhan (self-repairing, self-regeneration, dan lain-lain secara normal), sehingga sembuh dari sakitnya.

Pengertian Radikal Bebas

Kesehatan manusia bisa ditilik dari perspektif fisika sub-atomik, penyebab hampir semua penyakit adalah radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah populasi yang berlebih di dalam sistem tubuh manusia terdapat organ, jaringan, protein, sel dan lainnya yang bisa dilihat dengan pengamatan selular. Dan di balik semua itu terdapat atom karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan lainnya yang bisa diamati dalam skala atomik. Pada level ini ada skala pengamatan yang lebih kecil lagi, biasa dinamakan sub-atomik. Sementara, di balik atom-atom yang menyusun sistem tubuh ini terdapat interplay yang tidak terputus antara proton, neutron dan elektron.

Keseimbangan pada tingkat sub-atomik di antara proton, neutron dan elektron adalah kata kunci kesehatan, dan ketidakseimbangan berarti juga sebaliknya.

Radikal bebas adalah senyawa kimia aktif dalam fase gas dan bermuatan listrik yang bergerak supercepat. Konon, kecepatan geraknya sepermiliar perdetik. Disebut radikal bebas karena adanya elektron yang tidak berpasangan dengan inti atomnya, sehingga sifatnya menjadi reaktif dan radikal. Seandainya jumlah radikal bebas itu terkendali dan terbatas, ia bermanfaat menjalankan proses kehidupan.

Tapi, jika dalam kondisi berlebih, radikal bebas dapat mengganggu dan menyebabkan berbagai penyakit. Jika kelebihan radikal bebas dapat menyerang DNA, maka yang bersangkutan akan terkenai autis. Jika yang diserang adalah protein pengendali jaringan pertumbuhan (P53), dan akibatnya pengendali jaringan itu tak berfungsi, muncullah penyakit kanker. Sementara, jika yang terkena radikal bebas adalah virus, maka virus itu menjadi lebih ganas karena telah mengalami mutasi genetik.

Kelebihan radikal bebas itu bisa terjadi karena proses alami tubuh “penuaan”, asupan nutrisi yang tak imbang misalnya banyak karbohidrat atau lemak serta kurang sayur dan buah, polutan karbon industri yang mencemari udara, air atau lingkungan secara umum, atau bisa juga karena sebab khusus lain seperti dampak kemoterapi.

Tak kecuali stres yang berlarut-larut juga dapat memicu melonjaknya populasi radikal bebas. Di antara senyawa radikal bebas itu, Merkuri (Hg) tergolong yang paling berbahaya. Hg mudah memproduksi elektron dengan karakter yang sangat reaktif.

Kelebihan Hg radikal bebas akan menyebabkan kanker, autis, shizoprenia, dan berbagai penyakit kelainan genetik lainnya. Celakanya sejalan dengan mekarnya peradaban industri sejak revolusi mesin uap, polusi dalam bentuk sebaran Hg di dunia nampaknya semakin banyak dan bertambah-tambah. Meski hingga kini belum tertemu secara pasti penyebab sesungguhnya dari penyakit kanker, namun menurut peneliti Jepang, Yoshiaki Omura, semua sel kanker mengandung Hg. Pada semua penderita sakit kanker, ditemukan mengandung mercury alias Hg.

Material dan Metode

Balur menggunakan asam amino, bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), kopi balur (Mixed Coffea arabica L. with Acetosal), air kelapa (Cocos nucifera L.), secang (Caesalpinia sappan L.), rokok sehat “Divine” dari tanaman tembakau (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry), dan nikotin (Nicotiana tabacum), daun kelor, daun pepaya.

Ada beberapa tahap dalam proses detoksifikasi itu. Tahap pertama adalah relawan atau seseorang yang diterapi akan dibaringkan diatas meja tembaga yang dihubungkan dengan kabel menuju tanah yang disebut grounding dimana tembaga mempunyai kekuatan untuk menyerap merkuri dari tubuh manusia saat dibalur.

Tahap kedua adalah pra-balur. Tiga tahap selanjutnya adalah pembaluran, dengan cairan balur yang berbeda. Pada setiap tahapan tersebut seseorang yang dibalur akan dibungkus dengan alumunium foil selama kurang lebih 30 menit.

Sebelum dibalur, orang tersebut diharuskan menggosok gigi dan mulutnya dengan ramuan putih berasa asam yang merupakan asam amino. Lalu, diasapi dengan Kretek Divine bagi yang bisa melakukannya. Selain itu, orang tersebut juga melakukan pencucian mata dengan cairan penilalanin, dan pada saat bersamaan terapis memasukkan asap Kretek Divine melalui lubang telinga dan hidung si relawan. Lantas, juga minum cairan asam amino lain. Fungsi asam amino adalah agar merangsang terkumpulnya radikal bebas.

Pada balur tahap pertama, orang tersebut tidur tengkurap atau berbaring di atas tempat tidur berlapis lempeng tembaga untuk dibaluri cairan asam amino dan cairan fermentasi tanaman/buah/akar/biji, serta diguyur dengan air hangat. Pembaluran dilakukan sembari memberi tekanan dan menggosoknya dengan arah gerakan berlawanan dengan arah jarum jam. Bersamaan itu juga ada proses pengemposan dengan asap Kretek Divine ke banyak titik permukaan kulit orang tersebut. Pada fase ini ada proses yang dinamai enema, yaitu memasukkan asam amino melalui lubang anus. Setelah itu selesai, barulah tubuh orang tersebut di bungkus dengan alumunium foil selama 30 menit. Alumunium foil jadi media mempercepat keluarnya radikal bebas dan merkuri yang bermuatan listrik, yang disambungkan ke lempeng tembaga sebagai grounding-nya.

Sementara pada tahap kedua dan ketiga, metode pembaluran berlangsung relatif sama. Apa yang membedakan fase pertama, kedua dan ketiga adalah cairan balurnya. Pada tahap kedua cairannya berupa benzoquinon, singkong, dan perasan daun kelor. Sedangkan pada tahap ketiga adalah kopi balur. Perbedaan lain yaitu pada tahap kedua, tubuh orang tersebut akan ditepuk-tepuk cukup keras oleh terapis layaknya proses pemijatan. Fungsinya selain untuk memecah konsentrasi radikal bebas yang sudah ada di bawah permukaan kulit juga dimaksudkan mengeluarkan racun-racun dalam tubuh.

Relawan diwajibkan rutin dalam seminggu melakukan terapi balur, setelahnya satu kali seminggu, setelahnya dua kali seminggu, dan satu kali sebulan dalam satu tahun untuk perawatan.